SEMESTER GANJIL
|
BAB I : AKIDAH ISLAM
KOMPETENSI INTI
1.
Menghargai dan menghayati ajaran
agama yang
dianutnya
2. Menghargai dan menghayati perilaku
jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun,
percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
3.
Memahami pengetahuan (faktual,
konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata
4.
Mencoba, mengolah, dan menyaji
dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan
membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan
mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam
sudut pandang/teori
KOMPETENSI DASAR
1.1. Menghayati nilai-nilai
Aqidah Islam
1.2.
Menampilkan perilaku orang yang mengimani aqidah Islam dalam kehidupan
sehari-hari
1.3.
Memahami dalil, dasar dan
tujuan akidah Islam
1.4. Menyajikan fakta dan
fenomena kebenaran aqidah Islam
INDIKATOR
1.1.1.
Membiasakan
diri menghayati nilai-nilai akidah Islam
2.1.1.
Menunjukkan
perilaku mengimani akidah Islam dalam kehidupan sehari-hari
3.1.1.
Menjelaskan pengertian akidah Islam
3.1.2.
Mengidentifikasi dalil tentang akidah Islam
3.1.3.
Menguraikan dasar-dasar akidah Islam
3.1.4. Menyimpulkan tujuan akidah Islam
3.1.5. Membandingkan hubungan unsur-unsur akidah
Islam (iman, islam, dan ihsan)
1.1.1.
Menyajikan
fakta dan fenomena kebenaran akidah Islam.
Untuk
membuka
cakrawala kalian tentang Akidah Islam, ayo baca
materi berikut!
1.
Pengertian
Akidah Islam
Akidah secara bahasa
berasal dari kata (يَعْقِدُ- عَقِيْدَةٌ عقَدَ-) yang berarti ikatan, atau
perjanjian. Secara istilah adalah keyakinan hati atas sesuatu.
Kata ‘akidah’ tersebut dapat digunakan untuk ajaran yang terdapat dalam Islam,
dan dapat pula digunakan untuk ajaran lain di luar Islam. Sehingga ada istilah
akidah Islam, akidah Nasrani, akidah Yahudi,dan akidah-akidah yang lainnya.
Dengan begitu kita juga bisa simpulkan ada akidah yang benar atau lurus dan ada
akidah yang sesat atau salah. Dengan begitu juga, Akidah Islam (al-akidah
al-Islamiyah) bisa diartikan sebagai pokok-pokok kepercayaan yang harus
diyakini kebenarannya oleh setiap orang yang mengaku dirinya beragama Islam
(muslim).
Berbicara tentang akidah, yang
paling pertama dan utama adalah konsep ketuhanan, baru kemudian konsep-konsep
akidah yang lainnya yang sesuai dengan keinginan Allah itu sendiri melalui
firman-firmanNya dalam al-Qur’an dan hadis-hadis nabiNya. Ketika seseorang berakidah
Islam, maka pondasi awal untuk membangun
akidah/ keyakinannya adalah keyakinan terhadap Allah sebagai Tuhan yang wajib
disembah, Maha Esa, Pencipta dan Pengatur alam semesta, dan Dzat Ghaib yang
merupakan sumber dari segala hal, termasuk juga kewajiban menjalankan
aturan-aturanNya dalam segala aspek kehidupan baik yang berhubungan dengan
ibadah ataupun muamalah yang erat hubungannya dengan interaksi dengan sesama
makhluk. Oleh karenanya, misi pertama yang diemban oleh tiap rosul untuk
disampaikan kepada umat manusia adalah konsep ketuhanan ini. Sebagaimana firman
Allah s.w.t.dalam Q.S. an-Nahl:36
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ
وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ
عَلَيْهِ الضَّلالَةُ فَسِيرُوا فِي الأرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ
الْمُكَذِّبِينَ (٣٦)
”dan sungguhnya Kami telah
mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja),
dan jauhilah Thaghut itu", Maka di antara umat itu ada orang-orang yang
diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah
pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah
bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)”.(Q.S.
an-Nahl:36)
Begitulah, konsep
ketuhanan yang harus diyakini oleh seseorang yang mengaku berakidah Islam, mentauhidkanNya
tanpa ada keraguan sedikitpun didalamnya.
1.
Dasar-Dasar
Akidah Islam
Akidah Islam adalah
sesuatu yang bersifat tauqifi, artinya suatu ajaran yang hanya dapat
ditetapkan dengan adanya dalil dari Allah dan Rasul-Nya. Maka, sumber ajaran akidah Islam adalah
terbatas pada al-Quran dan Sunnah saja. Karena, tidak ada yang lebih tahu
tentang Allah kecuali Allah itu sendiri,kemudian Rasulullah s.a.w. selaku pengemban wahyu
dari Allah s.w.t.
a.
Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah firman Allah Swt.yang diwahyukan
kepada Nabi Muhammad s.a.w.dengan perantara Malaikat Jibril. Melalui al-Qur’an
inilah Allah menuangkan firman-firmanNya berkenaan dengan konsep akidah yang
benar yang harus diyakini dan dijalani secara mutlak dan tidak boleh ditawar
oleh semua umat Islam. Di dalam al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang berisi
tentang tauhid, diantaranya adalah Q.S. al-Ikhlas ayat 1-4 di atas,dan masih
banyak lagi yang lain diantaranya:
قُلْ هُوَ اللَّهُ
أَحَدٌ (١) اللَّهُ الصَّمَدُ (٢)لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (٣) وَلَمْ يَكُنْ
لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (٤)
Katakanlah: (1) "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. (2)
Allah adalah Tuhan yang segala sesuatu bergantung kepada-Nya. (3) Dia tiada
beranak dan tidak pula diperanakkan. (4) dan tidak ada suatu apapun yang setara
dengan Dia." (Q.S. al-Ikhlas:1-4)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَى
رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ
وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلالا
بَعِيدًا (١٣٦)
“Wahai orang-orang yang
beriman, tetaplah berimankepada Allah dan Rasul-Nya
dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah
turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian,
Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya”.(an-Nisa’:136)
Dan masih banyak lagi ayat-ayat lain yang
menerangkan tentang akidah jika kaita mau mengkajinya lebih dalam.
b.
Al-Hadis
Hadits ialah segala ucapan , perbuatan, dan
takrir (sikap diam) Nabi Muhammad s.a.w. Islam telah menegaskan bahwa hadits
menjadi hukum Islam kedua (setelah Al-Qur’an), baik sumber hukum dalam akidah
maupun dalam semua persoalan hidup. Hal ini dikarenakan semua yang disandarkan
kepada nabi adalah wahyu dari Allah, bukan sekedar memperturutkan nafsu saja.
Sebagaimana firman Allah s.w.t. :
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ
الْهَوَى (٣)إِنْ هُوَ إِلا وَحْيٌ يُوحَى (٤)
“ dan tidaklah yang diucapkannya
itu menurut kemauan hawa nafsunya. ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang
diwahyukan (kepadanya).(Q.S. an-Najm:3-4)
مَا أَفَاءَ اللَّهُ
عَلَى رَسُولِهِ مِنْ أَهْلِ الْقُرَى فَلِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِي الْقُرْبَى
وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ كَيْ لا يَكُونَ دُولَةً بَيْنَ
الأغْنِيَاءِ مِنْكُمْ وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ
عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ (٧)
“Apa yang diberikan Rasul
kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah “(Q.S. 59 Al Hasyr:7)
Itulah dasar perintah mengikuti Rosulullah
s.a.w. melalui hadis-hadisnya.
Adapun hadis-hadis yang menjelaskan tentang
akidah adalah sebagai berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بَارِزًا يَوْمًا لِلنَّاسِ فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ فَقَالَ مَا
الْإِيمَانُ قَالَ الْإِيمَانُ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ
وَكُتُبِهِ وَبِلِقَائِهِ وَرُسُلِهِ وَتُؤْمِنَ بِالْبَعْثِ
Dari Abu Hurairah r.a.
berkata; bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pada suatu hari bersama dengan
para sahabat, lalu datang Malaikat Jibril 'Alaihis Salam yang kemudian bertanya:
"Apakah iman itu?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:
"Iman adalah kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, Rasul-Rasul-Nya, dan kamu beriman kepada
hari berbangkit".(H.R. Bukhori)
قَالَ ابْنُ نُمَيْرٍ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ
مَاتَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ وَقُلْتُ أَنَا وَمَنْ مَاتَ
لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ
Ibnu Numair berkata,
"Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa meninggal dalam keadaan menyekutukan Allah dengan sesuatu,
maka ia masuk neraka." Dan aku berkata, "Saya dan orang yang
meninggal dengan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun (niscaya) masuk
surga” (H.R. Muslim)."
jika kita cermati beberapa hadis di atas, maka kita akan temui bahwa isinya tidak ada
yang menyalahi isi dari al-Qur’an dalam hal ini berkaitan dengan akidah yang
secara umum disebut dengan keimanan. Hal ini semakin memperkuat keyakinan kita
bahwa hadis adalah sumber hukum kedua setelah al-Qur’an yang harus dipedomani
oleh umat Islam baik dalam hal akidah ataupun yang lainnya. Keduanya tidak bisa
dipisahkan satu dengan yang lain.
2.
Tujuan Akidah
Islam
Akidah Islam harus menjadi pedoman bagi setiap
muslim. Artinya setiap umat Islam harus meyakini dan menjalankan pokok-pokok
kandungan akidah Islam tersebut dengan tujuan mendapatkan kebahagiaan di
dunia dan akhirat dan mendapatkan ridlo dari Allah s.w.t.
tentunya.dengan demikian berarti mempelajari pokok-pokok kandungan akidah Islam
adalah kewajiban bagi umat Islam dengan tujuan seabagi berikut
- Mengetahui petunjuk hidup yang benar serta dapat membedakan yang benar dan yang salah.
- Memupuk dan mengembangkan dasar ketuhanan yang ada sejak lahir. Manusia adalah makhluk yang berketuhanan. Sejak dilahirkan manusia cenderung mengakui adanya Tuhan . Dengan naluri berketuhanan, manusia berusaha untuk mencari Tuhannya. Kemampuan akal dan ilmu yang berbeda-beda memungkinkan manusia akan keliru mengenal Tuhan. Dengan akidah Islam, naluri atau kecenderungan manusia akan keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Kuasa dapat berkembang dengan benar.
- Memelihara manusia dari kesyirikan. Untuk mencegah manusia darikesyirikan perlu adanya tuntunan yang jelas tentang kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kemungkinan manusia terperosok ke dalam kesyirikan selalu terbuka, baik syirik jaly (terang-terangan) berupa perbuatan, maupun syirik khafy (tersembunyi) di dalam hati. Dengan mempelajari Akidah Islam, manusia akan terpelihara dari perbuatan syirik.
- Menghindari diri dari pengaruh akal pikiran yang menyesatkan. Manusia diberi kelebihan oleh Allah dari makhluk lainnya berupa akal pikiran. Pendapat-pendapat atau faham-faham yang semata-mata didasarkan atas akal manusia, kadang-kadang menyesatkan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, akal pikiran perlu dibimbing oleh akidah Islam agar manusia terbebas atau terhindar dari kehidupan yang sesat.
4.
Hubungan Iman,
Islam, dan Ihsan
Ada tiga unsur pokok dalam akidah Islam yang
tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Artinya, jika sesorang mengaku
berakidah Islam atau lebih mudahnya dia mengaku sebagai muslim,maka harus ada
tiga unsur pokok ini didalam dirinya yaitu islam, iman,dan ihsan. ketiganya
mempunyai hubungan yang sangat erat. Untuk mengetahui hubungannya, perlu
diketahui terlebih dahulu pengertian ketiganya.
Islam
Kata Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu أَسْلَمَ-يُسْلِمُ-إِسْلاَمًا
yang artinya adalah patuh, tunduk, menyerahkan diri, selamat.
Sedang menurut istilah, Islam yaitu agama yang
mengajarkan agar manusia berserah diri dan tunduk sepenuhnya kepada Allah.
Tunduk atau berserah diri adalah mengerjakan perintah Allah dan menjauhi
larangan-Nya.Orang yang tunduk dan berserah diri kepada Allah disebut muslim.
Iman
Menurut bahasa iman berarti percaya. Sedangkan
menurut istilah iman adalah:
اَلإْيْمَانُ
هُوَتَصْدِيْقٌ بِالْقَلْبِ وَاِقْرارٌ بِا للِّسَانِ وَعَمَلٌ بِاْلأَرْلكَانِ.
“Iman adalah membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan
dan dilaksanakan dengan anggota badan (perbuatan).”
Jika seseorang sudah mengimani seluruh ajaran
Islam , maka orang tersebut sudah dapat
dikatakan mukmin (orang yang beriman).
Ihsan
Ihsan
Ihsan berasal dari bahasa Arab : أَحْسَنَ-يُحْسِنُ-إِحْسَانًا yang berarti kebaikan.
Ihsan adalah perbuatan baik sebagai bentuk penghambaan diri kepada Allah sebagai makhluk
individu yaitu hubungannya dengan Allah maupun sebagai makhluk sosial yang
selalu berinteraksi dengan sesama. Lebih lanjut disebutkan bahwa cara
penghambaan diri ini harus senantiasa merasa melihat atau dilihat oleh Allah
s.w.t. sebagaimana di sebutkan dalam hadis nabi s.a.w.: ' JIbril bertanya,
'Kabarkanlah kepadaku tentang ihsan itu? ' Nabi menjawab menjawab: "Kamu
menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya,
maka sesungguhnya Dia melihatmu”. Dengan demikian berbuat baik kepada Allah
maupun sesama harus dilakukan setiap saat karena ada kontrol langsung dari
Allah s.w.t. Orang yang telah menerapkan
hal ini disebut dengan muhsin.
Ketiga unsur pokok akidah Islam di atas tidak
bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya, bahkan ketiganya berkumpul dalam satu
hadis panjang yang diriwayatkan oleh
sahabat Umar bin khattab r.a. sebagai berikut:
عن عُمَرٍ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ بَيْنَمَا
نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيدُ
بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيدُ سَوَادِ الشَّعَرِ لَا يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ
السَّفَرِ وَلَا يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ
كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنْ الْإِسْلَامِ
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْإِسْلَامُ أَنْ
تَشْهَدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتُقِيمَ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ
وَتَصُومَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنْ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيلًا
قَالَ صَدَقْتَ قَالَ فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ قَالَ
فَأَخْبِرْنِي عَنْ الْإِيمَانِ قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ
وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ
وَشَرِّهِ قَالَ صَدَقْتَ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ الْإِحْسَانِ قَالَ أَنْ
تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ السَّاعَةِ قَالَ مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ
مِنْ السَّائِلِ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَتِهَا قَالَ أَنْ تَلِدَ
الْأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ
الشَّاءِ يَتَطَاوَلُونَ فِي الْبُنْيَانِ قَالَ ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ
مَلِيًّا ثُمَّ قَالَ لِي يَا عُمَرُ أَتَدْرِي مَنْ السَّائِلُ قُلْتُ اللَّهُ
وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ
دِينَكُمْ
'Umar bin al-Khaththab
berkata, 'Dahulu kami pernah berada di sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam, lalu datanglah seorang laki-laki yang bajunya sang at putih,
rambutnya sang at hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan. Tidak
seorang pun dari kami mengenalnya, hingga dia mendatangi Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasalam lalu menyandarkan lututnya pada lutut Nabi Shallallahu 'Alaihi
Wasalam, kemudian ia berkata, 'Wahai Muhammad, kabarkanlah kepadaku tentang
Islam? ' Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasalam menjawab: "Kesaksian bahwa
tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dan bahwa Muhammad adalah
hamba dan utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan puasa Ramadlan,
serta haji ke Baitullah jika kamu mampu bepergian kepadanya.' Dia berkata,
'Kamu benar.' Umar berkata, 'Maka kami kaget terhadapnya karena dia
menanyakannya dan membenarkannya.' Dia bertanya lagi, 'Kabarkanlah kepadaku
tentang iman itu? ' Beliau menjawab: "Kamu beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir, dan takdir
baik dan buruk." Dia berkata, 'Kamu benar.' Dia bertanya, 'Kabarkanlah
kepadaku tentang ihsan itu? ' Beliau menjawab: "Kamu menyembah Allah
seakan-akan kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya, maka
sesungguhnya Dia melihatmu." Dia bertanya lagi, 'Kapankah hari akhir itu?
' Beliau menjawab: "Tidaklah orang yang ditanya itu lebih mengetahui
daripada orang yang bertanya." Dia bertanya, 'Lalu kabarkanlah kepadaku
tentang tanda-tandanya? ' Beliau menjawab: "Apabila seorang budak
melahirkan (anak) tuan-Nya, dan kamu melihat orang yang tidak beralas kaki,
telanjang, miskin, penggembala kambing, namun bermegah-megahan dalam membangun
bangunan." Kemudian dia bertolak pergi. Maka aku tetap saja heran kemudian
beliau berkata; "Wahai Umar, apakah kamu tahu siapa penanya
tersebut?" Aku menjawab, 'Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.' Beliau
bersabda: "Itulah jibril, dia mendatangi kalian untuk mengajarkan kepada
kalian tentang pengetahuan agama kalian" . (H.R.Muslim)
Dari paparan di atas, bisa kita tarik
kesimpulan bahwa ketiganya tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang
lainnya dalam menunjang akidah Islam. Iman sebagai bentuk keyakinan,Islam
sebagai bentuk ibadah,dan Ihsan sebagai bentuk perbuatan baik kepada Allah
maupun kepada sesama. Lebih dalam lagi bisa kita simpulkan bahwa seorang mukmin
bisa membuktikan keimanannya dengan menunjukkan keislamannya dan dan
keihsanannya dalam kehidupan sehari-hari.
RANGKUMAN
- Aqidah Islamiyah adalah pokok-pokok kepercayaan yang harus diyakini kebenarannya oleh setiap orang yang mengaku dirinya beragama Islam (muslim)
- Dasar Aqidah Islamiyah adalah al-Qur’an dan al-Hadis.
- Pondasi Aqidah Islamiyah adalah keyakinan kepada Allah SWT sebagai Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pencipta dan Maha Segalanya.
- Tiga unsur yang tidak mungkin dipisahkan dalam Aqidah Islamiyah adalah iman, islam,dan ihsanIman adalah bentuk keyakinan,Islam sebagai bentuk ibadah,dan Ihsan sebagai bentuk perbuatan baik kepada Allah maupun kepada sesama.
- Islam dan ihsan adalah implementasi dari keimanan dalam kehidupan sehari-hari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar