TAAT, IKHLAS, KHAUF, DAN TAUBAT
KOMPETENSI INTI
1.
Menghargai dan menghayati ajaran
agama yang
dianutnya
2. Menghargai dan menghayati perilaku
jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun,
percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
3.
Memahami pengetahuan (faktual,
konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata
4. Mencoba, mengolah, dan
menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi,
dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan
mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam
sudut pandang/teori
KOMPETENSI DASAR
1.3. Menghayati sifat ikhlas, taat, khauf, dan
taubat dalam kehidupan sehari-hari.
2.3.Membiasakan perilaku ikhlas, taat, khauf,
dan taubat dalam kehidupan sehari-hari
3.3. Memahami pengertian,contoh dan dampak positifsifat
ikhlas, taat, khauf dan taubat
4.1. Menceritakan kisah-kisah yang berkaitan dengan dampak
positif dari perilaku ikhlas, taat, khauf,
dan taubat dalam fenomena kehidupan.
INDIKATOR
1.3.1. Menyadari
kewajiban memiliki sifat ikhlas, taat, khauf, dan tobat dalam
kehidupan sehari-hari.
2.3.1. Menunjukkan
perilaku sifat ikhlas, taat, khauf, dan tobat dalam kehidupan
sehari-hari
2.3.2. Menjelaskan pengertian ikhlas beribadah
3.3.2. Mengidentifikasi dalil tentang
taat beribadah
3.3.3. Menganalisis contoh khauf,
3.3.4. Mendiskripsikan dampak positif tobat
3.3.5. Mengevaluasi perilaku ikhlas
4.3.1.
Menceritakan
kisah/fenomena yang muncul berkaitan dengan perilaku ikhlas, taat, khauf, dan
tobat dalam kehidupan sehari-hari.
PEMBAHASAN
Kalian sudah mempelajari dan mengerti akidah Islam dan sifat-sifat Allah s.w.t. bukan?. Artinya kalian telah meyakini Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa yang patut disembah dan ditaati semua aturan-aturanNya. Sekarang, buktikan bentuk penghambaan kita dengan menanamkan dan membiasakan akhlak mulia pada diri kita yang berupa taat, ikhlas, khauf, dan taubat!
Kalian sudah mempelajari dan mengerti akidah Islam dan sifat-sifat Allah s.w.t. bukan?. Artinya kalian telah meyakini Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa yang patut disembah dan ditaati semua aturan-aturanNya. Sekarang, buktikan bentuk penghambaan kita dengan menanamkan dan membiasakan akhlak mulia pada diri kita yang berupa taat, ikhlas, khauf, dan taubat!
A. TAAT
Taat menurut bahasa berarti tunduk;patuh;dan setia. Menurut
istilah taat bisa diartikan tunduk dan patuh terhadap segala perintah dan
aturan yang berlaku. Taat kepada Allah berarti patuh kepada perintah dan
aturan-aturan yang dibuat oleh Allah dalam segala hal. Baik aturan itu
berhubungan dengan ibadah kepadaNya maupun aturan yang berhubungan dengan
berinteraksi dengan sesama manusia dan makhluk yang lainnya.
Dalam Al-Qur’an Allah telah
berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ
وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى
اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ
ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
”Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah
dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu
berlainan Pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya”. (Q.S. an-Nisa’:59)
Dari ayat di atas, maka bisa kita simpulkan
kepada siapa saja kita harus taat, yaitu:
a. Kepada Allah s.w.t.
Sebagai seorang muslim,taat kepada Allah adalah yang paling pertama dan
utama. Sebagaimana ayat di atas,kalimat perintah untuk taat yang pertama adalah
kepada Allah s.w.t. Ketaatan kepada Allah ini sifatnya mutlak,tanpa ada
keraguan,dan tidak ada tawar menawar dalam segala aspek kehidupan.
b. Kepada rosulNya, Muhammad s.a.w.
Ketaatan yang kedua
adalah ketaatan kepada nabi Muhammad s.a.w. Ketaatan inipun mutlak, sebagaimana
ketaatan kepada Allah s.w.t. ini berarti, taat kepada rosul berarti taat kepada
Allah. Demikian juga sebaliknya,tidak taat kepada rosul, berarti tidak taat kepada
Allah. Karena ayat di atas jelas bahwa perintah kepada rosul adalah wajib. Hal
ini terbukti dari redaksi ayat yang mengulang kata ”taatilah” pada
perintah taat yang kedua. Rosulullah telah bersabda :
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ مَنْ أَطَاعَنِي فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ
وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ عَصَى اللَّهَ
”dari Abu Hurairah
dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda:
"Barangsiapa mentaatiku sungguh dia telah mentaati Allah, barangsiapa
bermaksiat kepadaku maka dia telah bermaksiat kepada Allah.(H.R.Muslim)”
bahkan dalam hadis yang lain,
ketaatan kepada rosul adalah syarat sesorang bisa masuk surga.
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا
مَنْ أَبَى قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَأْبَى قَالَ مَنْ أَطَاعَنِي
دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى
”dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Setiap umatku masuk surga selain yang enggan,
" Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, lantas siapa yang
enggan?" Nabi menjawab: "Siapa yang taat kepadaku masuk surga dan
siapa yang membangkang aku berarti ia enggan."(H.R. Bukhori)
c. Kepada ulil amri / pemerintah
Ketaatan yang ketiga adalah
perintah taat kepada pemimpin. Hanya saja ketaatan kepada pemimpin ini tidaklah
mutlak, tetapi mempunyai syarat yaitu selama pemimpin tersebut berpegang kepada
kitab Allah dan rasul-Nya. Menurut Prof. Dr.Quraisy Syihab, pada kata
“Ulil Amri” dalam ayat di atas tidak didahului kata “ taatilah”. Ini
menunjukkan bahwa ketaatan kepada Ulil Amri tidak berdiri sendiri, tetapi
berkaitan atau bersyarat dengan ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya. Oleh
karena itu, apabila perintah Ulil Amri itu bertentangan dengan perintah Allah
dan rasul-Nya, maka kita tidak dibenarkan untuk mentaatinya.
B. IKHLAS
Secara bahasa, ikhlas bermakna
bersih dari kotoran. Sedangkan secara istilah, ikhlas berarti niat mengharap
ridha Allah semata dalam beramal sebagai wujud menjalankan ketaatan kepada
Allah dalam kehidupan dalam semua aspek. Ikhlas merupakan akhlak yang agung.
Karenanya, ia memilii kedudukan yang sangat penting dalam setiap amalan,baik
amalan hati,lisan,maupun badan. Mengapa demikian?. Betapa tidak,ternyata nilai
setiap amalan sesorang di sisi Allah adalah tergantung pada keikhlasan dia
dalam berniat. Artinya,menjaga niat yang ikhlas semata-mata karena Allah dalam
menjalankan segala amalan merupakan syarat utama diterimanya amalan tersebut.
Oleh karena itu, kita harus mendahului dengan niat yang ikhlas dalam
menjalankan amalan sebagaimana perintahNya :
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
”Katakanlah: "Sesungguhnya salat, ibadah,
hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, (Q.S. 6 Al An'aam
162)
Demikian pula rasulullah
s.a.w. telah bersabda berhubungan dengan pentingnya menjaga niat yang ikhlas.
Beliau bersabda:
عن عُمَرٍ بْنِ الْخَطَّابِ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ
امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى
امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
Dari Umar bin Al
Khaththab r.a. berkata; saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi
tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan; Barangsiapa niat hijrahnya
karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin
dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan"(H.R. Bukhari)
Demikianlah,betapa niat yang ikhlas memegang peran yang penting dan
utama dalam setiap amalan. Semoga Allah senantiasa memberi kita kekuatan untuk
menjaga keiikhlasan dalam berniat sehingga kita termasuk golongan muklishin.
C. KHAUF
Diantara
akhlak mulia yang menghiasai seorang mukmin adalah khauf. Secara bahasa,
khauf berasal dari bahasa arab yang berarti takut; resah; khawatir;
cemas. Jika didefinisikan secara lebih panjang, khauf
berarti perasaan gelisah atau cemas terhadap suatu hal yang belum diketahui
dengan pasti. Menurut istilah dalam Islam, sebagaimana diuraikan dalam kamus tasawuf, khauf adalah suatu sikap mental merasa
takut kepada Allah karena kurang sempurna pengabdiannya, takut atau khawatir
kalau-kalau Allah tidak senang padanya dan akan menghukumnya karena apa yang
telah ia lakukan. seorang ulama’ berkata bahwa orang tidak dikatakan takut
hanya karena menangis dan megusap air matanya, tetapi karena takut melakukan
sesuatu yang mengakibatkan ia disiksa karenanya.
Sifat khauf ini muncul disebabkan seseorang telah benar akidahnya
(berakidah Islam) yang meyakini keberadaan Allah dan mengenalNya melalui
sifat-sifatNya diantaranya adalah Allah yang maha Wujud,maha Melihat,maha
Tahu, maha Mendengar,dan lain sebagainya. Dengan begitu, karena mengenal Allah
dengan baik, dia akan senantiasa merasa diawasi dan akan senantiasa dimintai
pertanggung‑jawaban atas segala yang dia lakukan. Lebih mudahnya berarti
semakin sesorang mengenal Allah maka semakin besar pula sifat khauf terhadapNya. Rasulullah s.a.w. bersabda dalam
hadis beliau yng diriwayatkan oleh imam bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah r.a.:
...فَوَاللَّهِ إِنِّي
لَأَعْلَمُهُمْ بِاللَّهِ وَأَشَدُّهُمْ لَهُ خَشْيَةً
‘’Demi
Allah, sungguh aku adalah orang yang paling tahu dengan Allah dan paling takut
kepada-Nya.’’(HR.Bukhari dan Muslim)
Dari paparan di atas, maka bisa kita tarik kesimpulan
bahwa khauf harus ada pada diri kita,setiap mukmin. Untuk mengontrol diri dari
perbuatan-perbuatan yang tidak disukai oleh Allah.
Sebanarnya,ada satu akhlak mulia lagi yang mengikuti khauf yang harus
kita miliki,yaitu roja’. Secara bahasa, roja’ berarti harapan/cita-cita; sedangkan menurut
istilah ialah bergantungnya hati dalam meraih sesuatu di kemudian hari. Roja`
merupakan ibadah yang mencakup kerendahan dan ketundukan, tidak boleh ada
kecuali mengharap hanya kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Memalingkannya kepada
selain Allah adalah kesyirikan, bisa berupa syirik besar atau pun syirik kecil
tergantung apa yang ada dalam hati orang yang tengah mengharap.
Roja’ (harapan/mengharap) tidaklah menjadikan pelakunya terpuji kecuali bila disertai amalan. Berkata Ibnul Qoyyim dalam “Madarijus-Salikin”: “..bahwa roja` tidak akan sah kecuali jika dibarengi dengan amalan. Oleh karena itu, tidaklah seseorang dianggap mengharap apabila tidak beramal”.Amal yang dimaksud adalah bukan maksiat tentunya. Akan sangat konyol dan merupakan bentuk penghinaan kepadaNya jika kita bermaksiat tapi mengharap ridha dariNya.
Roja’ (harapan/mengharap) tidaklah menjadikan pelakunya terpuji kecuali bila disertai amalan. Berkata Ibnul Qoyyim dalam “Madarijus-Salikin”: “..bahwa roja` tidak akan sah kecuali jika dibarengi dengan amalan. Oleh karena itu, tidaklah seseorang dianggap mengharap apabila tidak beramal”.Amal yang dimaksud adalah bukan maksiat tentunya. Akan sangat konyol dan merupakan bentuk penghinaan kepadaNya jika kita bermaksiat tapi mengharap ridha dariNya.
Khauf dan roja’ ibarat dua mata uang yang
tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya,keduanya saling mendukung. Bila
keduanya menyatu dalam diri seorang mukmin, maka akan seimbanglah seluruh
aktivitas kehidupannya. Bagaimana tidak, sebab dengan khauf akan membawa
dirinya untuk selalu melaksanakan ketaatan dan menjauhi perkara yang
diharamkan; sementara roja` akan menghantarkan dirinya untuk selalu mengharap
apa yang ada di sisi Rabb-nya ‘Azza wa Jalla. Pendek kata dengan khauf
(takut) dan roja` (pengharapan) seorang mukmin akan selalu ingat
bahwa dirinya akan kembali ke hadapan Sang Penciptanya (karena adanya rasa
takut), disamping ia akan bersemangat memperbanyak amalan-amalan (karena adanya
pengharapan). Mungkin jika kita boleh katakan dengan bahasa kita sekarang ini, khauf
dan roja’ adalah “harap-harap cemas”.
Keterkaitan dua akhlak mulia ini sebagaiman difirmankan oleh Allah :
نَّ الَّذِينَ هُمْ مِنْ خَشْيَةِ رَبِّهِمْ مُشْفِقُونَ
(57) وَالَّذِينَ هُمْ بِآيَاتِ رَبِّهِمْ يُؤْمِنُونَ (58) وَالَّذِينَ هُمْ
بِرَبِّهِمْ لَا يُشْرِكُونَ (59) وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ
وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَىٰ رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ (60) أُولَٰئِكَ يُسَارِعُونَ فِي
الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ (61)
Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati
karena takut akan (azab) Tuhan mereka,dan orang-orang yang beriman dengan
ayat-ayat Tuhan mereka,dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan
mereka (sesuatu apapun),dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka
berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka
akan kembali kepada Tuhan mereka,mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan,
dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya. (Q.S. al-Mukminun : 57-61)
Berkaitan dengan ayat di atas,
‘Aisyah -radhiyallahu ‘anha- pernah bertanya kepada Rosulullah -shallallahu
‘alaihi wa sallam- apakah mereka itu (yang dimaksud dalam ayat diatas) adalah
orang-orang yang meminum khamr, berzina, dan mencuri?.Rosulullah menjawab,
“Bukan! Wahai putri Ash-Shiddiq. Justru mereka
adalah orang-orang yang melakukan shoum, sholat, dan bershodaqah, dan mereka
khawatir tidak akan diterima amalannya. Mereka itulah orang-orang yang bergegas
dalam kebaikan.” [HR. At-Tirmidzi dari 'Aisyah].
D. TAUBAT
1. Pengertian Taubat
Taubat secara bahasa berarti ”kembali”, secara istilah, taubat
berarti kembali ke jalan yang benar dengan didasari keinginan yang kuat dalam
hati untuk tidak kembali melakukan dosa-dosa yang pernah dilakukan sebelumnya.
Sebagai manusia biasa,bukan malaikat ataupun nabi yang memilki sifat ma’shum
(terjaga dari perbuatan dosa),secara langsung atau tidak langsung, sengaja atau
tidak sengaja, kerap kali akan bersinggungan dengan yang namanya kesalahan atau
dosa. . Baik kesalahannya sebagai makhluk individu yang berhubungan langsung
dengan Allah,maupun sebagai makhluk sosial yang berhubungan dengan anak Adam
yang lain. Untungnya, sebagai seorang muslim diberi jalan selebar-lebarnya oleh
Allah untuk memperbaiki kesalahan itu melaui sebuah pintu yang disebut dengan
taubat. Dalam sebuah hadis disebutkan :
عَنْ
أَنَسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ بَنِي
آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
dari Anas dia
berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Semua bani
Adam pernah melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang salah adalah yang
segera bertaubat."(H.R.
Ibnu Majjah dari Anas)
Karenanya, Allah memerintahkan untuk bertaubat kepada semua umat manusia
yang telah melakukan dosa. Allah berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى
اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ
سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ
يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ ۖ نُورُهُمْ
يَسْعَىٰ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ
لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
”Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah
kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).
Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke
dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah
tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya
mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka
mengatakan: "Ya Rabb Kami, sempurnakanlah bagi Kami cahaya Kami dan
ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu."
Allah adalah Dzat yang maha Menerima Taubat, sebagaimana Ia telah
memproklamirkannya dalam Q.S. an-Nashr:3. Tidak ada satu dosapun yang tidak
diampuni oleh Allah kecuali syirik atau mempersekutukaNnya, sebagaimana
firmanNya :
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ
مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ
إِثْمًا عَظِيمًا
”Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa
syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi
siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka
sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”.(Q.S. an-Nisa :48)
Nah, jelaskan bahwa Allah itu maha Pengampun?. Maka, sudah seharusnyalah
kita menyegerakan diri untuk bertaubat kepadaNya dari segala dosa. Taubat
dengan sebenar-benarnya taubat atau semurni-murninya taubat, yang biasa disebut
dengan ”taubatan nasuha”. Rasulullah s.a.w. pernah bersabda yang
artinya:“ Hai manusia bertobatlah kepada Allah dan mintalah ampunan kepadaNya.
Sesungguhnya aku sendiri bertobat dalam sehari 100 kali.” (HR.Muslim). Betapa manusia
termulia yang mendapat jaminan surga,bahkan surga tidak akan dibuka sebelum
beliau masuk, bertaubat 100 kali dalam sehari semalam. Lantas bagaimana dengan
kita?,manusia biasa yang tidak pernah luput melakukan dosa dalam keseharian
kita?. Berapa kalikah kita bertaubat
sehari semalam?,atau minimal berapa kalikah kita beristighfar dalam sehari
semalam?.
2. Jenis dan syarat taubat
Di atas telah dijelaskan bahwa manusia adalah makhluk individu dan juga
makhluk sosial. Artinya,dia tidak terlepas dari berbuat salah yang berhubungan
dengan Tuhan dan berbuat salah yang berhubungan dengan sesama manusia.
Karenanya, jenis dan syarat taubat dibagi menjadi dua yaitu :
a. Taubat menyangkut dosa terhadap Allah
Imam Nawawi mengatakan bahwa ada 3 (tiga) syarat
dalam melaksanakan taubat yang wajib dilakukan oleh setiap muslim atas dosa
yang dilakukan apabila maksiat itu di antara manusia dengan Allah dan tidak
berhubungan dengan hak sesama manusia (haqqul adami), maka ada 3 (tiga) syarat:
1) Meninggalkan perilaku dosa itu sendiri
2) Menyesali
perbuatan maksiat yang telah dilakukan.
3) Berniat
tidak melakukannya lagi selamanya.
Apabila tidak terpenuhi ketiga syarat di
atas, maka tidak sah taubatnya.
b. Taubat menyangkut dosa terhadap sesama manusia
Sedangkan jika dosa itu berhubungan dengan hak anak Adam/sesama manusia
maka lebih lanjut imam Nawawi menyebutkan ada 4 (empat) syarat yaitu :
1) Meninggalkan perilaku dosa itu sendiri
Menyesali perbuatan maksiat yang telah dilakukan.
Menyesali perbuatan maksiat yang telah dilakukan.
2) Berniat tidak melakukannya lagi selamanya.
3) Membebaskan diri dari hak manusia yang dizalimi dg cara sbb:
(a) Apabila menyangkut harta dengan cara mengembalikan harta tersebut;
(b) Apabila menyangkut non-materi seperti pernah memfitnah, menggunjingnya (ghibah), dan lain-lain, maka hendaknya meminta maaf kepada yang bersangkutan.
(a) Apabila menyangkut harta dengan cara mengembalikan harta tersebut;
(b) Apabila menyangkut non-materi seperti pernah memfitnah, menggunjingnya (ghibah), dan lain-lain, maka hendaknya meminta maaf kepada yang bersangkutan.
Taubat dari segala kesalahan
tidaklah membuat seorang terhina di hadapan Tuhannya. Hal itu justru akan
menambah kecintaan dan kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya karena
sesungguhnya Allah sangat mencintai orang-orang yang bertaubat dan mensucikan
diri. Sebagaimana firmanNya dalam surat Al-Baqarah: 222
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْمَحِيضِ ۖ قُلْ هُوَ أَذًى فَاعْتَزِلُوا
النِّسَاءَ فِي الْمَحِيضِ ۖ وَلَا تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّىٰ يَطْهُرْنَ ۖ فَإِذَا
تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللَّهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ
التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
”Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri”.
RANGKUMAN
1. Taat dalam Islam adalah patuh terhadap segala yang diperintahkan oleh
Allah dan RosulNya
2. ikhlas adalah niat mengharap ridha Allah semata dalam beramal sebagai
wujud menjalankan ketaatan kepada Allah dalam kehidupan dalam semua aspek
3. khauf adalah suatu sikap mental
merasa takut kepada Allah karena kurang sempurna pengabdiannya, takut atau
khawatir kalau-kalau Allah tidak senang padanya dan akan menghukumnya karena
apa yang telah ia lakukan
4. taubat berarti kembali ke jalan yang benar dengan didasari keinginan
yang kuat dalam hati untuk tidak kembali melakukan dosa-dosa yang pernah
dilakukan sebelumnya.
5. Taubat dibagi menjadi dua. Taubat karena
melakukan dosa yang berhubungan dengan Allah dan taubat karena melakukan dosa
yang berhubungan dengan sesama manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar